Deretan kopi di stand D'Java Slamet Coffee |
Salah satu rangkaian kegiatan dalam sail nias 2019 adalah festival kopi nusantara yang diselenggarakan tanggal 11-14 September 2019 di pusat jajanan malam Kota Gunungsitoli.
Para pelaku usaha kopi dari beberapa daerah di Indonesia hadir memamerkan kopi khas daerah masing-masing sambil mempertunjukkan proses penyeduhan kopi untuk dicicipi para pengunjung festival.
Posisi stand D'Java Slamet Coffee |
Salah satu stand pameran yang memberikan saya penjelasan banyak tentang kopi adalah stand D'Java Slamet Coffee. Stand yang langsung dijaga oleh founder D'Java Slamet Coffee, eriek dan Fauzan sebagai co-founder sekaligus pemilik warung kopi gbugs shalter yang berada di area objek wisata Guci, tepatnya di kaki gunung slamet, kabupaten tegal, Jawa tengah.
Produksi kopi di wilayah lereng Gunung Slamet itulah yang menjadikan mereka memberi merek D'Java Slamet Coffee sebagai upaya secara langsung mengenalkan daerah penghasil kopi tersebut.
Penuturan eriex, usahanya selain untuk menghasilkan keuntungan secara ekonomi kepada pribadinya, juga berusaha mengedukasi para petani kopi. Sebelumnya harga biji kopi di daerahnya sangat rendah, karena kualitas yang kurang baik. Lalu dirinya mencoba mengajak para petani untuk memperbaiki pola pertanian, alhasil saat ini harga biji kopi yang dibelinya dari petani pun semakin tinggi.
Menariknya, industri kopi dari petani hingga sampai ke penikmat yang dijalankan oleh eriex dilakukan secara ketergantungan saling menguntungkan. Pengusaha kedai kopi seperti fauzan akan berusaha melihat keinginan penikmat kopi dari segi rasa. Keinginan penikmat tidak bisa hanya dihasilkan lewat kemampuan pembuat kopi atau barista. Karena barista yang mumpuni pun tidak akan bisa menghasilkan rasa kopi yang nikmat ketika biji kopi yang ada tidak berkualitas dan biji kopi berkualitas pun tidak akan menjadi kopi yang nikmat jika tidak diolah barista dengan baik.
Eriex dan Fauzan saat menjelaskan tentang kopi kepada menteri kemendes |
Dari proses edukasi yang dilakukannya, saat ini para petani kopi di lereng gunung slamet pun telah memiliki merk kopi masing-masing yang pengelolaannya dinaungi Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) bersama pulosari jaya. Bumdes tersebut merupakan badan usaha beberapa desa yang ada disekitar lereng gunung slamet tersebut.
Proses penyeduhan kopi |
Mendengarkan cerita-cerita eriex, membawa saya memahami makna-makna yang terkandung dalam film filosofi kopi 2. Dimana Ben sebagai barista dan Jody sebagai manager kopi harus berdebat soal perekrutan barista. Karena teryata setiap barista dalam membuat kopi, meski dengan kopi dan perlengkapan yang sama pasti akan menghasilkan rasa kopi yang berbeda. Itulah sebabnya setiap kedai kopi memiliki pasar penikmat yang berbeda pula.
Diakhir film, ben meninggalkan profesinya sebagai barista dan fokus menjalankan pertanian kopi hingga pascapanennya, sementara kedai kopi tetap dijalankan oleh jody dengan menggunakan biji kopi dari produksi ben. Persis seperti apa yang dijalankan oleh eriex dan fauzan. Dari alur tersebut terlihat ada rantai distribusi kopi yang panjang. Dimana setiap mata rantai harusnya tidak boleh dikuasai oleh satu orang, sehingga bisa fokus pada apa yang dilakukan dengan setiap mata rantai saling menguntungkan.
Kemasan Tabadu Coffee |
Untuk nias, saat ini di Kota Gunungsitoli kedai kopi modern semakin bertambah jumlahnya. Terlihat pada festival beberapa turut meramaikan. Kedai kopi digunungsitoli sebagai hilir harapannya mampu memancing para petani nias untuk mencoba menanam kopi. Menurut eriex sendiri, untuk wilayah nias baiknya ditanam kopi jenis robusta.
Teryata, kopi jenis robusta yang menurut pengakuan pengusaha tabadu coffee. Telah ada di pulau nias, tepatnya didaerah nias selatan. Pengakuan pengusahanya, biji kopi mereka beli dari petani di nias selatan. Lalu diolah menjadi bubuk kopi dan dibuat dalam kemasan untuk dipasarkan.
Tabadu coffee adalah produk usaha ARC Gunungsitoli yang beralamat di jalan cut meutia no 10 mudik, Kota gunungsitoli.
Mengakhiri cerita kopi ini, saya mau menyampaikan bahwa peminum kopi belum tentu adalah penikmat kopi, namun penikmat kopi sudah pasti peminum kopi.
23 Komentar
Aroma kopi menguar gegara baca postingan ini.
BalasHapusKeren bgt ya program di bawah KemenDes ini. Bravo!!
wah mas.. saya bukan penikmat kopi. Tapi saya penjual kopi nih mas hehehehe..
BalasHapusKopi gayo, kalo berminat boleh japri kwkwkwkwkwkw
jadi promosi
Ahhh, saya suka kopi, tiap hari pasti ngopi. Saat ini kopi yang paling saya suka Kopi Gayo, saya sampai beli langsung dari Gayo, lho. Eh, baru tahu kalau ada kopi gunung slamet. Kapan-kapan nyobain ah
BalasHapusPeminum Kopi belum tentu penikmat Kopi, kalau Penikmat Kopi udah pasti peminum kopi, filosofinya (y)
BalasHapusSurga banget nih buat para pecinta kopi yang datang di festival ini.
Kalau aku cukup menikmati aromanya aja udah hehheee
TFS yahh Mas
Saya suka kopi.
BalasHapusDan berharap Industri ini berkembang dan membuat petani kopi juga merasakan jerih payah nya terbayar secara pantas.
Geliat bisnis kopi memang terjadi di berbagai daerah. Termasuk di Jogja. Ada juga festival kopi merapi. Semoga kegiatan seperti ini lestari ya, dan mendukung perkembangan industri kopi dari hulu ke hilir. Aamiin.. Salut dengan anak muda yang mau bergerak membawa perubahan seperti eriex ini..
BalasHapusWah, bagus ini. Karena kopi kita emang enak, jadi mesti dibawa kekinian, biar makin banyak yang suka.
BalasHapusPenikmat kopi pasti tau mana kopi yang kualitasnya bagus dan mana yang kurang bagus. Aku sering menemani suami duduk ngopi. Dan kopi favoritnya tetap arabika. Bisnis kopi sudah menjamur, makanya pengusaha kopi harus bisa mencari identitas yang tetap bisa menarik pengunjung untuk menikmati kopinya.
BalasHapusKopi nusantara memang sangat bergam ya, Mas. Makanya harus sering-sering diadakan acara semacam ini, agar kopi nusantara semakin dikenal.
BalasHapusDan saya suka cerita D'Java Slamet Coffee. Dan memang ahrus ada peran serta anak muda yang punya potensi. dari merekalah, maka kopi di Tegal yang tadinya sudah bagus, hanya kurang diolah, bisa diolah dengan baik dan nilai ekonimisnya semakin tinggi.
Ada festival kopinya yaa di Sail Nias. Kl saya penikmat kopi (belum) sejati, Bang. Soalnya msh campur² minumnya sm kopi instan, kopasus (kopi pake susu) hihi. Mantul Bang Andi makasih sudah berbagi.
BalasHapusWah, jadi pengen ke Nias buat nyobain kedai kopi dan kopi Nias. Kopi robusta cocok ditanam di Nias karena sesuai dengan dataran rendah.
BalasHapuskayaknya aku bakal cocok dengan kopi gunung slamet
BalasHapusaku kurang suka kalau rasanya ga seimbang, ga kuat pahitnya
Terus terang gak pernah nonton Filosofi Kopi tapi selalu suka sama kopi2 khas Indonesia.
BalasHapusKeren banget ada pameran kopi kyk gtu, jd bisa sekaligus mengedukasi bagaimana cara menanam kopi, bagaimana pengolahannya, sampai pegemasan dan pendistribusiannya ya? Saya sendiri di rumah msh ada satu kopi dr petani lokal yg masih saya konsumi, enak banget, walau saya kalau minum kopi msh pakai gula haha
Kopi sellau penuh history, sebagai salah satu penikmat kopi. bersyukur bgt banyak yg mengangkat cerita kopi dan melahirkan banyak ide2 brilliant saat menikmati suguhan kopi. Dan banyak juga kebaikan cerita yang dpt diambil dr proses pembuatan kopi
BalasHapusSaya penikmat kopi, Mas dan selalu suka sejarah dan ulasan tentang kopi seperti ini.
BalasHapusMenarik ini, keinginan penikmat kopi diterjemahkan melalui pengolahan pasca panen biji kopi. Top, pasti jadi mantap rasa kopinya!
Sepakat banget mas. Saya peminum kopi tapi bukan penikmat kopi. Hehehe. Kayaknya rasa kopi hampir sama kalau di lidah saya wkwkwkw. Tapi suami saya termasuk penikmat kopi. Kalau minum kopi sampai baunya pun dia rasa rasa dulu
BalasHapusKopi banyak jenis ya, aku suka aja sih, cuma maunya yg manis, klo ada pahitnya ga suka 😅
BalasHapusbaca ini saya jadi kebayang film filosofi kopi. Karena ternyata memang sedalam itu ya filosofinya, gak bisa sembarangan. dan memang citarasa itu penting, beda tangan beda racikannya
BalasHapusBangga banget sama Indonesia yg mempunyai kopi yang beranekaragam, di Jawa Tengah aja banyak banget jenisnya.
BalasHapussaya bukan penikmat kopi, tapi saya enjoy baca artikel ini. Hihi
BalasHapusbangga banget, Indonesia punya banyak jenis kopi kelas dunia
ManTul. Suka sama quote di akhir tulisannya..
BalasHapusKeren nih bro Andi bisa langsung datang ke Festival Sail Nias 2019. Padahal aku pengen ke sana juga cuma ga sempat untuk prepare..
Besok aja ada Festival Kopi juga di Kota Tua, Jakarta. Tapi, cuma 2 hari. Jadi aku belum tentu bisa datang juga karena schedule padat merayap*
Saya bukan pencinta kopi, tapi saya suka dengan aroma kopi, bikin relax.
BalasHapusSekarang bisnis kopi lagi marak ya ... masing-masing berusaha mencari keunggulan sendiri-sendiri. Dari kopi luwak, kopi hitam, hingga kopi rempah ... Alhamdulillah Indonesia kaya akan kopi
BalasHapus